Segala puji bagi
Allah SWT. Alhamdulillahilladzi liyadzadu iimaanan maa 'aimaanihim. Sholawat
dan salam semoga tercurah selalu bagi Rasulullah panutan kita, yang
membangunkan dan menuntun hati nurani kita, menjadi cahaya bagi segala
perbuatan mulia.
Bangsa kita sesungguhnya dikaruniai Alloh potensi yang
begitu dahsyat, yang jika disyukuri dengan cara mengelolanya dengan
tepat, niscaya berpeluang menjadi negara besar yang berwibawa dan
bermartabat.
Dengan potensi sumber daya alam yang melimpah ruah baik
berupa daratan, lautan serta apapun yang terkandung didalamnya; maupun
lokasi geografis dan keindahan alam, negeri kita bagaikan percikan surga
yang tertetes di dunia.
Potensi manusia dengan jumlah dua ratus duapuluh
juta lebih dengan aneka kemampuannya, merupakan aset berharga jika
disinergikan dengan formula yang tepat.
Dan aset yang tidak
ternilai harganya adalah sumber keyakinan bagi mayoritas penduduk Indonesia,
yaitu aqidah Islam yang diyakini bersama sebagai agama yang paripurna,
rahmatan lil `alamiin, yang dapat menjadi solusi yang universal. Namun,
bila kita melihat kenyataan, ternyata semua potensi seakan-akan tidak
berbuah kenyataan yang dicita- citakan bersama. Bahkan, aneka bala dan
musibah dari berbagai sisi kehidupan begitu lekat dan
memilukan.
Sudah kita dengar bersama upaya untuk menyehatkan dan
mensejahterakan masyarakat, namun kita wajib mengevaluasi hal-hal pokok yang
menjadi kunci permasalahan.
Masyarakat kita relatif berbadan sehat, juga
berpikir normal, bahkan sebagian ada yang berfisik sangat kuat dan
berotak cerdas. Hanya sedikit masyarakat yang berpenyakit lahir dan ia
juga berpenyakit akal. Rupanya yang sedang berjangkit di negara kita secara
umum, justru penyakit qolbu/hati nurani. Karena orang yang kuat dan cerdas
akal pikirannya, yang tidak sehat qolbunya ternyata mereka itulah yang
menjadi biang-biang kerusakan dan kesengsaraan bagi bangsa ini. Dengan
kata lain, kelemahan bangsa kita ini adalah belum sungguh-sungguh memprogram
untuk menghidupkan dan membangkitkan kekuatan nurani yang akan menuntun akal
pikiran, sikap dan tingkah laku menjadi penuh nilai kemuliaan dan
kehormatan yang hakiki, karena qolbu adalah inti terpenting dari manusia
yang akan mengatur segala sikapnya. Sabda Rasulullah:
"Alaa inna fil
jasad mudhgoh Idza soluhat soluha jazadukuluhu Waidza fasadat fasada
jasadukuluhu Alaa wa hiyal qolbu"
"Ingatlah, dalam tubuh manusia itu ada
segumpal daging. Kalau segumpal daging itu baik, maka akan baiklah seluruh
tubuhnya. Tetapi, bila rusak, niscaya akan rusak pula seluruh tubuhnya.
Segumpal daging itu bernama qolbu." (HR. Bukhari Muslim)
Dan sumber
kerusakan ini menurut Rasulullah adalah: Dapat diperkirakan bahwa kamu akan
diperebutkan oleh bangsa-bangsa lain sebagaimana orang-orang berebut melahap
isi mangkok. Para sahabat bertanya, "Apakah pada saat itu jumlah kami
sediit ya Rasulullah?" Beliau menjawab, "Tidak, bahkan saat itu jumlah
kalian banyak sekali, tetapi seperti buih air bah dan kalian ditimpa
penyakit wahn". Mereka bertanya lagi, "Apakah penyakit wahn itu ya
Rasulullah?", beliau menjawab "Hubbud dunya (kecintaan yang amat sangat
kepada dunia ) dan takut mati". HR Abu Dawud
Gejalanya
bisa kita lihat dari tingkah polah dalam memperebutkan duniawi ini (harta,
kedudukan, kekuasaan, popularitas, kesenangan duniawi, gelar, pangkat,
jabatan yang ditujukan hanya untuk kepuasan dunia belaka), tidak sedikit
orang yang menghalalkan cara-cara tak terpuji sehingga mendzolimi
hak-hak orang lain. Bagi yang telah mendapatkannya, juga melakukan perbuatan
yang tak mulia yaitu dengan gemar pamer kemewahan, hidup dengan biaya
tinggi, menjadi jalan kecurigaan dan kedengkian bagi yang lain; dan
untuk mempertahankan dunia yang dimilikinya sering pula melakukan tindakan
yang melupakan kepentingan masyarakat. Bagi masyarakat yang ada dalam
keterbatasan, melihat situasi yang materialistis membuat terbuai
angan-angannya sehingga melakukan tindakan yang mencoreng harga
dirinya.
Pendek kata, budaya cinta dunia atau materialistis adalah
biang masalah yang beranak-pinak dengan kesombongan, kemewahan,
kedengkian, keserakahan, kezoliman dan bercucu pada permusuhan, keinginan
untuk menghancurkan orang lain, dan akibatnya seperti yang kita rasakan
sekarang ini.
Kita harus mulai membangunkan nurani masyarakat dengan
cara mensosialiksasikan obat penyembuhnya, yaitu membangun hidup mulia
dengan bersahaja, hidup proporsional, tidak berbudaya bersembunyi dibalik
topeng duniawi dan hal ini sangat memungkinkan kita lakukan setidaknya
dengan empat kunci :
1. Suri tauladan yang
nyata
Harus menjadi
kesadaran para pemimpin bahwa mereka benar-benar diperhatikan dan ditiru
oleh masyarakat. Kita harus membudayakan memilih para pemimpin yang
berani hidup bersahaja dan mengutamakan kemampuan memimpin dengan adil
dan profesional, dibanding dengan orang yang hanya mampu mempertontonkan
kedudukan dan kekayaaannya. Nabi Muhammad SAW membangun peradaban dengan
menjadi suri tauladan yang nyata. Ini harus menjadi budaya bagi para
pemimpin, dengan tidak menyuruh orang lain sebelum menyuruh dirinya
sendiri. Tidak melarang orang lain sebelum melarang diri sendiri. Lebih
banyak berkata dengan karya dan tauladan nyata, daripada hanya berbuat
dengan perkataan.
Masyarakat sesungguhnya sangat tercuri hatinya kepada
para pemimpin yang bisa berbuat banyak, namun amat bersahaja dalam
hidupnya. Pada saat yang sama, masyarakatpun teramat curiga dan dengki
kepada para pemimpin yang hidup glamour, yang mereka yakini semuanya itu
adalah uang rakyat.
2. Pendidikan dan pelatihan, juga
pembinaan secara sistematis berkesinambungan terhadap masyarakat
Perlu kesadaran dan
kesepakatan bersama untuk mendidik segala lapisan masyarakat dengan
menggunakan seluruh media yang ada untuk mengetahui nilai-nilai keutamaan
hidup berhati bersih, bernurani dan hidup tidak materialistis, baik lewat
pendidikan di sekolah/kampus, melalui aneka sinetron film/televisi
ataupun radio, untuk mendampingi pendidikan lewat suri tauladan dari para
pemimpin / tokoh panutan masyarakat.
3. Sistem yang kondusif
Kitapun harus bekerja keras untuk membangun system dalam bentuk
undang-undang, aturan-aturan lainnya yang mendukung perubahan sikap di
masyarakat untuk tidak berjiwa materialistis dan sangat menghargai
nilai-nilai kemuliaan ahlak dan moral, dengan cara membuat peraturan yang
benar- benar adil dan konsisten untuk menegakkannya. Nabi Muhammad
berlaku adil terhadap siapapun, termasuk kepada keluarganya sendiri.
Menegakkan supremasi hukum adalah bagian kunci yang teramat penting
untuk membangun harapan di masyarakat, bahwa memburu dunia tidak dengan cara
yang benar, akan mendapatkan hukuman yang setimpal. Menegakkan hukum
dengan adil, tidak dengan kebencian dan dendam, akan membuat keadilan
menjadi sesuatu yang indah dan menjadi tumpuan semua pihak.
Ketidak-seriusan menegakkan sistem yang adil akan mengundang
ketidakpuasan, dan ini akan mengundang pula aneka masalah yang lebih pelik
dan merugikan.
4. Membangun kekuatan ruhiyah
Sebagai orang
yang beriman, selalu harus kita sadari bahwa kita semua hanya sekedar mahluk
yang sangat banyak memiliki keterbatasan, dan Alloh-lah yang Maha Kuasa
menolong siapapun yang Dia kehendaki, karena Dia-lah yang menggengam
segala masalah dan jalan keluarnya.
Laa haulaa walaa quwwata illa
billahil aliyil'aziim. Maka, harus dicanangkan kebangkitan ruhiyah nasional
dengan memotivasi masyarakat untuk melakukan kebangkitan ibadah dengan
benar lebih intensif. Baik yang fardhu maupun sunah, yang tentu diawali
dengan suri teladan dari semua tokoh panutan dan difasilitasi baik tempat,
waktu/kesempatan, dan dana, agar masyarakat --selain lebih terkendali-- juga
doa-doanya mendatangkan pertolongan Allah seperti yang dijanjikan. Surat
at Thalaq ayat 23 menyatakan, yang artinya, "Barang siapa yang bertakwa
kepada Allah, niscaya Allah akan memberi jalan keluar dari segala urusannya
dan memberi rezeki dari tempat yang tidak disangka-sangka, dan barang siapa
yang bertawakal niscaya akan dicukupi segala kebutuhannya." Amatlah tipis
harapan kita akan keluar dengan baik dari permasalahan ini tanpa bimbingan
Allah, karena manusia amatlah terbatas dalam segalanya, tak mampu berbuat
apa pun tanpa izin-Nya.
Penutup
Semoga dengan kombinasi
ikhtiar lahir batin, suri tauladan yang nyata, pola pendidikan dan pembinaan
juga sistem yang kondusif dan ketangguhan dalam ibadah seluruh elemen
masyarakat, menjadikan semua masalah yang ada pada bangsa kita ini akan
membuahkan budaya hidup baru yang benar-benar akan menjadi fondasi bagi
masyarakat maju yang beradab.
Yaitu masyarakat yang produktif dalam
aktivitas di dunia, namun didasari dengan niat yang bersih karena Alloh,
menjalankan aktivitasnya sebagai ibadah dan diwarnai dengan kebersihan
hati, jauh dari segala kesombongan, riya, kedengkian, cinta dunia atau aneka
penyakit hati lainnya, yang semua ini akan terpancar dari ahlak yang bermutu
tinggi di lapisan manapun mereka berkiprah.
Dan warisan terbesar
dari setiap insan yang diberi amanah adalah kemuliaan pribadi, buah dari
kebersihan hati yang merupakan tanda kesuksesan dan keselamatan kehidupan
seorang manusia, yang lebih tinggi nilainya dari topeng duniawi apapun
yang disandangnya sejenak didunia ini.
Hanya kepada Alloh-lah kembalinya segala
urusan, dan hanya Dia-lah yang akan menerima amal, dan tiada pertemuan
dengan-Nya kecuali hanya orang yang berhati bersih dan selamat.
0 comments :
Post a Comment